29 December 2007

STORY AT D'OFFICE

Kejadian di kantor hari ini, membuat aku berfikir, kita belajar setiap hari dengan lingkungan kita.

Seorang Staff wanita yang sedang mengandung menginginkan segelas teh hangat karena kepalanya pusing dan dia sedang beristirahat di ruangan musholla. Seorang Security yang saat itu sedang menjalani sholat Zuhur, setelah selesai menjalani sholatnya menerima mandat dari seorang wanita hamil tersebut untuk memberitahukan kepada seorang office boy untuk membuatkan untuknya secangkir teh hangat.

Saya berada di ruangan yang lain, seorang office boy itu sedang membantu atasan saya yang cukup dipandang kedudukannya di kantor ini, membetulkan beberapa hal yang menganggu computernya. Office boy itu sudah lumayan expert terhadap permasalahan computer, dia sudah sering diperbantukan dalam beberapa event untuk setting di belakang panggung (sound khususnya).

Merasa saya belum melakukan sholat Zuhur, saya ke ruangan musholla, berbincang sebentar dengan seorang wanita hamil tersebut yang terlihat kesal karena teh hangat yang sangat diinginkannya belum juga datang. Saya mencoba menjelaskan sedikit bahwa office boy tersebut sedang sibuk sebentar, dan melakukan sholat Zuhur. Muka wanita hamil itu memang nampak pucat, dia memiliki penyakit anemia yang mengakibatkan dirinya sering pingsan di saat melakukan pekerjaan kantor, sebenarnya dalam keadaan hamil tua, dia sudah tidak sewajarnya melakukan kegiatan yang menguras pikiran dan tenaganya.

Selesai saya mengerjakan sholat Zuhur, Security tadi tidak sengaja melewati ruangan musholla, wanita hamil itu memanggil dan bertanya apakah mandatnya sudah disampaikan dengan baik, dan security tersebut menjawab dengan mantap bahwa dia sudah menyampaikan pesan wanita hamil itu. Wanita hamil itu bertanya respon apa yang diperlihatkan oleh seorang OB itu? Sedikit memaksa dan memelas wanita hamil itu bertanya, dan memaksa Security untuk berkata jujur. Security sudah mengelak dan memberikan jawaban seadanya, seakan-akan menutup-nutupi sesuatu, namun wanita hamil itu tidak percaya karena melihat gelagat keanehan pada cara bicara security. Dengan berat hati akhirnya security menjawab, office boy itu bilang “anteupkeun we lah” (biarin aja lah). Saya yang sedang melakukan dzikir melirik kepada wanita hamil itu, dia terlihat geram dan mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi langsung office boy tersebut.

Dengan suara tinggi wanita hamil itu berkata, “Tolong ya, kalau memang sibuk, bilang sama saya, saya juga bisa kok bikin teh sendiri, tidak usah ngomong yang aneh-aneh, terima kasih!!”

Saya yang saat itu telah menyelesaikan sholat, berusaha menenangkan wanita hamil tersebut, dalam keadaan hamil besar, dia tidak boleh terlalu banyak pikiran, pada saat itu saya sangat geram dengan apa yang dilakukan office boy terhadapnya. Sebagai seorang HRD, saya tidak boleh diam saja.

Saya masih melihat OB membenarkan computer milik atasan saya, yang saat itupun berada di mejanya. Sebelum saya memanggilnya, OB tersebut yang melihat saya datang, menghampiri. Dia bercerita bahwa tadi wanita hamil itu menelevonnya dan marah-marah berikut menjelaskan alasannya Dengan wajah tidak bersalah sekalipun. Kemudian apa yang saya lihat dan dengar di ruangan musholla tadi, saya sampaikan, berikut security yang mengatakan bahwa OB berani berbicara seenaknya (anteupkeun we lah) pada saat dimintai untuk membuat teh hangat. Office boy geram, dia berusaha membela dirinya, bahwa dia tidak mengatakan hal itu, dia hanya memberi jawaban, “sebentar, saya lagi disuruh atasan” dan menjawab sambil berlalu. Office boy berlalu dari hadapan saya sambil mengatakan, saya akan mendatangi wanita hamil itu, tingkahnya suka aneh-aneh.

Dalam hati kecil saya tertawa. Di kantor ini ternyata ada tom & Jerry ya??

Setelah saya berbicara langsung dengan OB dan security (karena wanita hamil itu sudah pulang). Ternyata dari cerita masa lalu, mereka dari dulu sudah tidak baik hubungannya, wanita hamil tersebut apabila memberi perintah selalu berkesan bossy, selalu menggunakan nada suara tinggi, sehingga berkesan menyuruh seorang babu. Dan akibatnya, office boy tersebut yang merasa tidak nyaman diperlakukan seperti itu, berusaha memperlihatkan sikap tidak suka yang ujung-ujungnya berakibat seakan-akan OB tersebut tidak mengindahkan perintah wanita hamil tersebut dan terlihat seperti membangkang.

Saya mencoba memberi pengertian terhadap office boy tersebut, rada sulit karena memang dari awal kantor berdiri, office boy tersebut sudah ada, sehingga rasa kedekatannya dengan Direktur adalah kekuatan yang dia punya. Beruntung sikap unik yang dimiliki wanita hamil itu hanya tidak bisa dimaklumi oleh office boy saja. Teman-teman saya lainnya sudah bisa memaklumi.

Tapi memang hal yang paling sulit adalah merubah pandangan orang lain agar sesuai dengan pandangan yang kita punya, saya ingin merubah pandangan OB tersebut kepada wanita hamil itu, tapi adanya factor perbedaan latar belakang keluarga dan pendidikan, membuat saya sulit untuk mempengaruhinya, walaupun dengan berbagai macam alasan. Untungnya dengan basis agama dimana Al-Qur’an adalah satu-satunya pedoman bagi umatnya, saya bisa mempengaruhi dan membuatnya berfikiran dalam satu pendangan yang sama.

Beruntung saya bekerja di tempat yang mengedepankan agama, yaitu Islam, the way of life. Walaupun kadang memang tidak ada yang sempurna, kite selalu berusaha menuju kesana. Buktinya setiap alasan-alasan yang dikemukakan berdasarkan Al-qur’an, ibadah, akan sangat menenangkan hati dan fikiran, seberapapun buruknya kejadian.

Hari ini saya belajar beberapa hal:

  1. Usahakanlah menjaga setiap ucapan, karena ucapan selalu ada kaitannya dengan orang lain (Security seharusnya tidak usah berbicara jujur kepada wanita hamil itu tentang apa yang diungkapkan oleh OB, karena hal itu hanya akan memancing emosi wanita hamil itu. Berbohong untuk kebaikan, dibenarkan bukan?
  2. Berempatilah, hal tersebut penting untuk membuat hubungan yang hangat dengan setiap orang.
  3. Belajarlah untuk mengenal lawan bicara terlebih dahulu, dalam situasi di atas kritikan apa yang pantas diberikan kepada OB dan wanita hamil tersebut. Treatment yang digunakan tidaklah sama.
  4. Berusahalah untuk tidak terlihat memihak (khususnya saya sebagai HRD), ini hanya akan membuat orang-orang yang ingin meminta masukan kepada kita, menganggap masukan tersebut tidak dipandang obyektif. Dan jangan sekali-sekali memberitahukan atau membicarakan kejelekan orang/ lawan (terkesan membela). Selalu tonjolkan positif dan negatifnya secara fakta kenapa lawan melakukan hal tersebut, biarlah orang yang mengadu kepada kita yang berfikir bagian – bagian mana yang bisa dianggap benar dan salah.

Sejujurnya, masih banyak hal yang saya pelajari hari ini, soo.. I’ll be back soon! =)