24 September 2008

Gadis Cilik Itu Bersujud?

Baju itu kupandang lekat-lekat, ada gambar kupu-kupu dan bunga di pojok bawahnya, bernuansa pink, baju muslim panjang menutupi lututku serasi dengan selendang yang berwarna pink juga. Senangnya papa baru tadi sore membelikan baju itu, baju itu akan aku kenakan di saat sholat tarawih nanti malam, pasti teman-teman akan memujiku yang semakin cantik mengenakan baju itu.

Lagi asyiknya aku memandangi diriku di depan cermin, ibu memanggilku untuk membantunya beres-beres menjelang buka puasa. Aku adalah anak perempuan satu-satunya, kakak dan adikku laki-laki, jadi aku yang wajib membantu ibu di dapur.
Hari ini ibu bikin kolak campur, ada pisangnya, nangka, ubi dan kolang kaling, hmm, harum sekali bau santannya. Untuk hidangan santap malamnya ibu memasak daging gepuk suir, renyah dan nikmat, daging gepuk nan renyah itu adalah kesukaan aku, ibu selalu bertanya padaku ingin makan apa, baru beliau memasaknya untukku dan keluarga.

Setelah sirene tanda berbuka puasa berbunyi, kami langsung menyantap teh manis diikuti dengan kolak, kemudian dengan diimami oleh papa, kita sholat maghrib berjama’ah, aku dan kakak serta adik menyiapkan sajadah untuk sholat. Setelah sholat, papa selalu memimpin doa bersama dan sedikit memberikan ceramah singkat (Tanya jawab kegiatan puasa hari ini), kebetulan aku dan adikku masih kelas 4 SD jadi kami yang puasanya full mendapat uang saku sebesar 1000 rupiah dari papah! Tentunya uang tersebut kami tabung, dan nanti saat lebaran, kita akan mempelihatkan secara terang-terangan hasil tabungan kita, biasanya papa suka memberikan tambahan untuk tabungan yang paling besar jumlahnya. Senangnya!

Setelah menjalankan sholat Maghrib berjamaah, kita segera bersiap-siap untuk mengikuti shalat isya dan taraweh di mesjid, orang tuaku selalu mewajibkan anak-anaknya untuk sholat taraweh di mesjid, kebetulan mesjidnya tidak begitu jauh, jadi terkadang aku dan teman-temanku beramai-ramai jalan kaki ke mesjid, tak lupa sambil membawa sajadah, uang untuk kotak amal dan permen serta cemilan-cemilan kecil (untuk di makan pada saat ceramah, hehe!)

Mesjid sudah penuh, kita anak-anak selalu menempati bagian shaf yang paling depan, ibu-ibu dan mbak-mbak di shaf kedua, tapi ada juga anak-anak yang menempati saf nya ibu-ibu, itu kalau mereka perginya sama ibu mereka, dan tidak boleh jauh dari ibunya. Hm, kalau aku dan teman-teman siy, suka-suka, orang tua kita juga sepertinya sudah percaya. Tapi ibu ibu kita biasanya juga tidak jauh dari saf kita, karena biasanya setelah menyelesaikan sholat isya, kita masing-masing mencari ibu kita lalu menciumi tangan mereka dan kemudian langsung main ke halaman belakang mesjid.

Mesjid di perumahanku tergolong besar, halaman belakangnya luas, bisa buat main sepeda dan lari-lari anak-anak kecil, sudah biasanya ceramah setelah sholat isya berlangsung, kita anak-anak bermain kejar-kejaran atau bercanda-canda kecil di halaman itu. Dan karena jaraknya agak jauh dari mesjid, di bawah mesjid, suara teriakan- teriakan anak-anak tidak terlalu menganggu para jama’ah.
Jika penceramah sudah mengatakan, wabillahitaufiq walhidayah… maka anak-anak yang tadinya berlari-lari tidak menggunakan sandal, langsung berlari ke kamar kecil tempat berwudlu untuk segera mencuci kaki, termasuk aku yang biasanya hobi main jongkok kring bersama teman-teman.

Sholat tarawih dimulai, kakak-kakak penjaga mesjid sudah menaruh telunjuknya di moncong mulutnya, itu berarti tandanya untuk tidak berisik, saya mengenakan mukena kesukaan saya dan mencoba untuk mengikuti imam, sholat. Tapi fika salah satu teman masih saja menjawil-jawil tanganku, kakinya menginjak-injak kakiku, sehingga kita berdua mengeluarkan suara cekikikan. Akibat kejar-kejaran tadi membuat konsentrasiku untuk sholat buyar, dadaku masih deg-degan kecapean, kucoba lirik kanan kiri, semua orang khusyuk sholat, kecuali safku yang isinya anak-anak semua, ada yang masih ngemil permen, ada juga yang mengulang-ulang takbiratul ihram berkali-kali, ada juga yang utak-atik mainan, dan terdengar juga suara tangisan bayi dari belakang sana.

Sholat kali ini terasa cape, setiap imam bertakbir, aku meyentak gerakanku dengan cepat, bahkan terkadang sebelum imam selesai menyelesaikan kalimat Allahu Akbar untuk bersujud, aku buru-buru turun dan bersujud, hehe, sholat ini aku anggap mainan, yang ada naik turun badan dan berucap aminn, setiap ada kalimat walladdooollliin…..

Setelah sholat berakhir, aku selalu ingin terlihat anak yang baik di mata ibuku, aku menengadahkan tangan dan mencoba berkomat-kamit berdoa, sesungguhnya aku tidak tau apa yang aku komat-kamitkan, dan berujung amin, kemudian membuka mukena ku, berusaha melipatnya dengan rapi dan memasukkannya ke dalam tas mukena yang ibuku sendiri buatkan, dan bersalam-salaman dengan teman-teman, baru kemudian aku menghampiri ibuku, menyalaminya dan menyalami teman-teman ibuku yang duduk tidak jauh dari ibuku. Ibu selalu menyium keningku.

Selama bulan ramadhan, kegiatan seperti itulah yang aku lakukan bersama teman-teman, kalaupun kita tidak ikut sholat, kita bisa bersenang-senang main di halaman belakang mesjid, kesenangan yang tiada duanya jika bisa bebas bermain bersama teman-teman, sampai batas sholat taraweh selesai.
Atau jika bosan main di belakang, kita senang mengelilingi saf ibu-ibu yang khusyuk sholat sambil cekikikan, kita suka memainkan mukena ibu-ibu yang jatuh melambai-lambai, sambil kadang-kadang kita bernyanyi lagu naik kereta api, tuut tuut tuuut.. tapi pengalaman pahit dimarahin kakak-kakak mesjid juga paling sering aku dan teman-temanku terima, tapi untungnya hal itu tidak pernah sampai ke telinga ibuku.

Aku tidak pernah mengerti, setiap orang yang sholat, mereka melihat sajadah, mengikuti gerakan imam, naik turun kepala menciumi sajadah, terkadang aku pernah tidak ikut bersujud pada saat semuanya bersujud, semuanya rata, Cuma kepala aku saja yang kelihatan, terkadang pernah aku lihat lekat-lekat mata ibuku di saat sholat, dia benar-benar melihat sajadah, aku tempelkan kepalaku di sajadah, eh, ibu malah memejamkan matanya, kegiatan yang aneh, yang terus-terusan aku ikuti dan tanpa tau arti dan maknanya.

Bayangan itu sekelibat terlihat jelas dalam pandanganku, di saat malam ini, malam ke 25 bulan ramadhan, aku mengikuti sholat taraweh berjamaah di mesjid depan rumahku. Azan berkumandang yang langsung diikuti dengan iqamah, membuat aku dan pembantuku tergesa-gesa menghampiri mesjid, ada saf yang masih kosong di barisan 3, langsung aku berusaha untuk khusyuk mengikuti sholat isya. Namun tiba-tiba terdengar suara aneh yang tidak biasanya, seperti suara maaf kentut. PIkiranku buyar, menebak-nebak siapakah jamaah yang kentut? Tak dinyanya ternyata setelah aku menyelesaikan sholat 4 rakaat ku, di depan ku terdapat seorang gadis cilik gendut, putih nan lucu, dia menggunakan mukena berwarna hijau terang, sudah dapat diduga, pasti gadis cilik itu yang mengeluarkan angin tadi, gadis itu melihatku, aku geli membayangkannya.

Setelah sholat isya selesai, jamaah melakukan sholat sunat dan kemudian mendengar ceramah. Gadis itu membawa kotak makanan, isinya potongan-potongan wafer, dia membuka mukenanya dan kemudian melumat wafernya dengan membelah-belah wafer tersebut, sehingga rempahan – rempahan coklat bertebaran di atas sajadahnya yang bergambar pemandangan. Gadis cilik itu sadar kalau aku perhatikan, dengan acuhnya dia menjilat-jilat wafernya, aku hanya tersenyum di buatnya.

Sholat taraweh dimulai, gadis cilik itu sudah mengenakan mukenanya kembali, dengan poni tipisnya menghiasi wajahnya yang mungil, dia dibantu oleh oma yang duduk tepat di depanku, aku katakan oma karena sepertinya wanita itu sudah terlalu tua jika memiliki anak seumuran gadis itu.

Sholat taraweh kujalankan dengan khusyuk, tatapanku terpaku pada ujung sajadah milikku, tiba-tiba gadis itu menggerakkan badan dan berlari mondar-mandir di depanku dan saf ku, dan berhenti tepat di depan ku, kemudian dia seperti memandang lekat-lekat wajahku, aku berusaha tidak memperdulikannya, dia mencoba memandang penuh makna, kupejamkan mataku ini, aku takut tatapannya membuat sholatku tidak khusyuk lagi. Untungnya gadis cilik itu kembali ke tempatnya.

Shalat witir akhirnya akan dilaksanakan, kepalaku terasa agak pusing sehingga aku agak terlambat mengikuti imam, gadis cilik itu ternyata memperhatikanku, dia mencoba mengikuti gerak-gerak omanya sholat, tapi tetap dengan kepala berputar – putar mencari pemandangan seru. Gadis cilik itu sudah menjadi setan buatku, dia benar- benar menganggu sholat ku malam ini, hatiku sudah mulai kesal dibuatnya walaupun wajahnya sangat membuatku ingin mencubitnya.

Rakaat terakhir, dia menjerit, oma mau pipisss, oma mau eek, omaaaa…. Buyar sudah sholat witirku. Omaaa, huhuuu, oma mau eek….. hmm, sedikit bahasa itu membuatku tersenyum geli, terlihat oma tidak menghiraukannya, namun pada saat rukuk, gadis itu memeluk omanya, sehingga membuat omanya tidak dapat bergerak rukuk, dan menghentikan sholatnya, di saat kita semua sujud, gadis kecil itu bersujud menahan sakit di perutnya. Sujud yang lama dan diam, sepertinya dia meringis tidak kuat. Omanya langsung membawanya ke bagian belakang di saat kita semua dalam keadaan duduk di antara 2 sujud. Akhirnya gadis kecil itu bersujud..

Di saat sholat selesai, aku berzikir. Aku melihat gadis kecil yang lainnya di bagian saf depan, dia menengadahkan tangan dan mulutnya berkomat-kamit seperti orang dewasa (seperti aku dulu tentunya), mimik wajahnya yang serius membuatku ingin memanjatkan doa yang sesungguhnya kepada sang Maha Pencipta Allah SWT, begitu banyak hal yang bisa aku pergunakan dan aku pelajari dengan mata permberianmu di dunia ini ya Allah, terima kasih atas semua yang telah Engkau ajarkan kepadaku melalui Ayah dan Ibuku.

Mungkin esok akan menjadi tugasku mengajarkan gadis-gadis cilikku untuk bersujud pada Mu.

(24 September 2008, 21:39)